Title: Answer
Summary: Jawaban lisan Hayato terhadap surat itu.
Disclaimer: Mutsuki Kyoko (c) waraau; Usotsuki Mairu (c) reoteny; Spero (c) zakushizu_
Rate/Warn: Maybe it'll make you tear up a little.
Genre: Angst/Tragedy/Romance
A/N: …Mianhae~
An answer to this.
'Tap, tap,' suara hentakan kaki yang terdengar tidak terlalu keras
bergema di sekeliling selasar Riverside. Terlihatlah seseorang berambut
pirang, dengan satu mata berwarna biru langit. Mata kanannya tertutupi
oleh sebuah kain. Matanya tertuju kepada lantai coklat yang sudah
diinjak beribu-ribu kali olehnya. Kakinya berjalan ke arah kafetaria,
sembari memegang tenggorokannya.
"Ugh, haus sekali," ujarnya. Hayato memiringkan kepalanya sedikit dan
memijat-mijat bahunya yang kaku. Sepertinya ia terlalu banyak bermain
game di kamar.
Ketika pintu kafetaria sudah terlihat di depan mata, ia segera
membukanya dan berjalan ke balik counter, dimana dapur berada. Ia masuk
ke bagian dapur, yang tidak mempunyai pintu itu, dan segera mengambil
sebotol jus apel dari kulkas dan meminumnya, seteguk demi seteguk.
"Puah…" ia menyeka mulutnya dengan lengan bajunya dan menjilat
bibirnya. "Enak, seperti biasa," ujarnya sembari menaruh kembali botol
tersebut ke dalam kulkas. Dan kenapa tiba-tiba ia muncul di kepalanya.
"Eh," sebuah senyum pahit muncul di bibirnya, matanya melebar, dan
kantung matanya semakin terlihat. "…Apa maksudnya…" seakan orang itu ada
di depannya, ia melihat gambar orang itu di kepalanya, sedang
tersenyum, dengan suara lembutnya memanggil ‘Hayacchi~!’.
Hayato memegang kepalanya yang sakit itu, memijatnya sedikit agar
rasa sakitnya hilang. Tetapi tidak kunjung hilang juga. Hayato mengerang
kesakitan. Tangannya memegang pinggir meja untuk bantuan berdiri.
Penglihatannya mulai kabur, rasanya ia ingin pingsan. Tiba-tiba
instingnya menyuruhnya ke ruang CCTV. Ia kebingungan. CCTV itu ‘kan,
tempat dimana orang itu sering berada. Tanpa ragu, ia berlari ke ruang
CCTV.
Dengan gambar-gambar orang itu menghantui kepalanya terus menerus.
Ruang CCTV dengan cafetaria tidak jauh, hanya beberapa ruangan berada di
sekitarnya. Hayato menghitung pintu; ruang komputer, terlewati; gym,
terlewati; laboratorium, terlewati; ini dia. Ia berhenti berlari, mata
yang satu-satunya ia miliki itu tertuju kepada sebuah pintu berwarna
hitam, dengan tulisan ‘CCTV’ diatasnya.
Tangan Hayato langsung memegang gagang pintunya, dan memutarnya.
Kakinya kirinya menginjak ruangan itu terlebih dahulu, diikuti dengan
kaki kanannya. Ruangan itu penuh dengan televisi-televisi, dimana
seseorang bisa melihat situasi di segala Riverside.
Matanya langsung tertuju kepada kursi putar yang berada di depan TV
tersebut. Biasanya, kursi itu akan diduduki oleh seseorang berambut
panjang, cantik, dan manis. Ia akan memutar kursi itu, dan melambaikan
tangannya kepada dirinya. Tetapi sekarang sudah tidak. Orang itu telah
tiada.
Ada sesuatu diatas meja pojok ruangan. Mata yang ia miliki sekarang,
biru langit yang kosong, menatap benda itu. Surat. Sebuah surat. Matanya
melebar sedikit. Ia langsung mengambil surat tersebut dengan kasarnya,
dan menatapnya. Suratnya berwarna putih polos, seperti surat biasa.
Perbedaannya, ada sebuah tulisan, ditulis tangan, bertuliskan ‘UNTUK HAYATO’.
"Ini…" Tulisan orang itu. Ia tahu benar. Ia tahu benar tulisan orang
itu. Seperti tulisan anak kecil. Lucu. Tanpa ragu ia membukanya,
mengambil kertas yang ada di dalam surat tersebut. Seperti sebuah kertas
buku harian, dengan hiasan-hiasan polos. Ia mulai membaca
tulisan-tulisan tersebut dengan teliti dan dalam hati,
Uhm, halo? Ini Mutsuki Kyoko. Kalau menemukan surat ini dan bukan Itoh Hayato, berikan padanya! Jika tidak, hidupmu akan sial!
Hayato tertawa kecil membacanya. Terdengar sepertinya, persis.
Kalau iya, Itohcchi, ini curhatanku tentangmu! …Kenapa ia memanggilnya ‘Itohcchi’? Sebuah paragraf baru,
Itohcchi, Aku nggak mau menjadi bebanmu. Aku nggak ingin merepotkanmu. …
Nah.. Karena itu… aku.. bersyukur divonis bahwa.. hidupku tidak
panjang.(Kamu bisa melihatnya pada bagian ke3, Itohcchi~!)
Apa
maksudnya. Hidupnya tidak panjang? “Kenapa kau tidak bilang kepadaku…”
Dan bagian ketiga? Ah sudah, baca satu-satu saja. Sebuah paragraf baru
lagi, Aku pikir… nggak ada ada aku…. kamu… pasti bahagia. Karena aku
itu egois, pedas, cuek(banget), garing…. Jadi.. kalau aku menghilang…
kamu akan senang Itohcchi~! Tak akan ada gadis egois, pedas, cuek,
garing, alias aku!
"TIDAK!" Ia berhenti membacanya. Padahal
baru bagian kedua. "Tidak… kau tidak egois… pedas… cuek… garing… Tidak…
Kau tidak… Diamlah…" Ia menggigit bibirnya, tak tahan melihat surat
tersebut. "Apa maksudmu!? Aku tidak ingin kau menghilang! Apa-apaan sih!
Kayak nggak tau aku aja!" geramnya marah. Ia tidak mau membaca suratnya
lagi. Sudah cukup. Tetapi ia perlu membacanya sampai habis. Tidak, ia
harus. Ia memegang surat tersebut dengan keras, dan lanjut membacanya.
Sebuah paragraf baru lagi, Itohcchi, maafkan aku… mungkin kau belum
tahu.. tapi.. Aku terkena penyakit.(kau tak perlu tahu penyakit apa itu,
Itohcchi!( ><::;;) Maaf!) Dua bulan yang lalu.. aku berkunjung ke
rumah sakit dengan Masashi(Aku takut memberitahu padamu, Itohcchi ; w
;)7)
Membaca kata ‘Masashi’ saja, ia sudah ingin membunuh
albino itu. “Geblek!” ia memukul mejanya dengan keras, “jadi kau lebih
memilih Masashi!? Kenapa tidak aku!? Kenapa aku tidak boleh tahu
penyakitmu?! Apa penyakitmu, bodoh?!” Tidak sadar bahwa air mata sudah
berlinang di pipinya, dan jatuh membasahi pinggiran surat tersebut.
Sebuah paragraf baru lagi, Dokterkutuk memvonisku jika umurku tidak panjang. Ia terdiam sebentar. “…Kenapa… kau tidak memberitahuku…”
Sejak
detik itu, aku berusaha untuk hidup! Aku juga sudah membuat janji
dengan Itohcchi bahwa tidak meninggalkan Itohcchi kan? Nah, aku berusaha
sekeras mungkin tidak ingkar padamu! Aku ingin melihat Itohcchi selama
mungkin! Air matanya berjatuhan dengan deras, seperti hujan. “Tapi buktinya apa…”
Tapi
aku takut Itohcchi mengetahuinya.. Maka dari itu.. aku mengunci diriku
sendiri di ruangan CCTV! Dan mengamati Itohcchi dari jauh.(Terdengar
menakutkan.. ok.. maaf.) Matanya tertuju kepada kursi itu lagi, membayangkan Kyoko duduk disitu dengan manisnya. “…Kenapa aku tidak tahu…”
Lalu.. beberapa waktu kemudian… Riverside kedatangan murid baru.. Seorang idol yang kudengar-dengar ramah.. Usotsuki Mairu. Hayato menatap surat itu dengan tampang tidak percaya. “…Apa-apaan… aku tidak punya rasa apapun terhadap Mairu…”
Aku
menyelinap ke ruangan kepala sekolah malam-malam. Aku mencari biodata
Usotsuki Mairu. Gotcha! Aku mendapat biodatanya. Dan kau tahu, Itohcchi?
Aku sakit hati melihat fotonya! Mata rubinya… rambut putih saljunya…
kulit putih pucatnya… senyumannya yang begitu manis.. Argh, aku bukan
apa-apa dibanding dia!(Secara, dia idol, harus menjaga penampilan…)
Sekilas, kupikir dia Spero versi cewek loh…. Ia berhenti membaca
lagi. “…Tidak… Tidak, Kyoko…” Ia terdiam sebentar, “…kau lebih manis…
Senyumanmu lebih manis… Senyumanmu itu sudah cukup untuk menyenangkan
hariku… Sang bulan selalu mengingatkanku kepada sepasang matamu yang
indah itu… Rambutmu, rambutmu halus. Wangi, pula. Aku ingat wanginya
saat aku menciummu waktu itu. Suaramu mengingatkanku kepada bunga daisy,
entah mengapa. Kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak tahu apa-apa tentang
perasaanku terhadapmu.”
.. Dia kelihatan ceria dan ramah… dan
satu lagi yang membuatku kalah sebelum berperang. Dia seorang gamer.
Gamer sepertimu, Itohcchi! Usotsuki-san mirip denganmu, Itohcchi! Ketika
kubayangkan.. kalian tampak sangat cocok… “LALU KENAPA KALAU DIA
SEORANG GAMER?!” Ia berteriak, suaranya serak. Ia tidak percaya Kyoko
berpikiran seperti ini. “Aku tidak peduli ia gamer atau bukan… Aku hanya
peduli denganmu… Mairu tidak bisa membuatku seperti ini. Dan kau… kau
berhasil. Kau sukses membuatku jatuh cinta kepadamu.”
Sudah
satu bulan aku ‘meninggalkanmu’. Kondisi tubuhku semakin memburuk.
Ditambah lagi ketika kau mencium dan dekat dengan Usotsuki-san.
Nafasnya seakan berhenti membaca kalimat terakhirnya. “…Maafkan aku…
Kalau itu… itu memang salahku…” ia terhenti, “..tidak… semuanya itu
salahku… Salahku sudah tidak peka… Aku memang kurang ajar, ya…” Ia
tertawa pahit.
Aku merasa kesal, marah, menangis saat itu,
Itohcchi… Aku mengigit bibirku keras-keras saat itu… Aku berusaha untuk
tegar! Pada akhirnya, air mataku menetes dari mata kiri.. tapi cuma
sedikit. Karena aku langsung menghibur diriku sendiri dengan ngobrol
bersama Masashi! “MAAFKAN AKU!” Ia tidak kuat lagi. Ia jatuh ke
lantai, air mata masih dengan derasnya menetes dari matanya. Tangannya
masih memegang erat surat tersebut. “…Maafkan aku… Aku keterlaluan… Aku
kurang ajar… Aku… patut dibenci… Maafkan aku… Tetapi setidaknya kau
marah padaku… Menamparku atau apalah… Jangan ngobrol dengan Masashi…”
Aku
tidak menyalahkan Usotsuki-san, dan Itohcchi, ok? Ini salahku sendiri
‘meninggalkan’ Itohcchi… Hak Itohcchi mencium siapa saja. Haha.
“Tidak, TIDAK!” Ia berteriak, “tidak! Ini semua salahku! Maafkan aku!
Tidak, JANGAN MAAFKAN AKU! Maafkan aku… Aku hanya ingin dirimu… Oke…
J-Jangan…” ia terdiam, “…semuanya sudah terlambat sih… Aku tidak bisa
apa-apa lagi…”
Ah ya.. ini sudah satu bulan aku mengunci
diriku sendiri di ruangan CCTV, kan? Mungkin ini bulan terakhirku di
Riverside….. dan dunia? Geez!! Itohcchi, maafkan aku curhat terus ya!
Hayato menggelengkan kepalanya, “…tidak… Jangan pergi… Jangan
tinggalkan.. Jangan tinggalkan aku… Tolonglah…” yah, walaupun ia tahu
benar bahwa semuanya sudah terlambat.
Hei, Hayacchi… Melihat kalimat itu, suara Kyoko memanggil namanya bergema di kepalanya. Aku
sangat bersyukur bertemu denganmu. Sangat bersyukur. Mungkin kamu nggak
tau. Karena kamu, aku berusaha untuk hidup.. lebih lama lagi.
Terimakasih, ya? Terimakasih telah memberiku kesempatan waktu bahagia.
Terimakasih sudah menerimaku. Terimakasih sudah bersabar menerima pacar
super cuek dan sangat, sangat, sangat garing. Bagiku, itu setia. Aku
tidak peduli itu sebuah sandiwara atau bukan karena kau kasihan padaku. ”Tidak,
Kyoko. Aku sayang padamu. Aku suka—-Aku cinta padamu!” ia berteriak
dengan suara seraknya, “itu semua bukan sandiwara, oke. Aku serius. Aku
serius mencintaimu. Dan diamlah, kau bukan pacar yang super cuek dan
sangat sangat sangat garing. Bukan. BUKAN, KAU DENGAR ITU!?” Ia menarik
nafasnya, “kau itu seperti bulan yang menerangi kegelapan di malam hari.
Kalau ada kau, aku tidak terlalu takut dengan kegelapan. Kalau ada kau,
hari-hariku pasti lebih menyenangkan daripada sekarang.”
Aku bahagia. Tangisannya menjadi lebih deras setelah membaca kalimat tersebut.
Hayacchi. Aku juga minta maaf karena telah melanggar janji ‘itu’. Ya janji ‘itu’. "—Aku tidak akan meninggalkanmu." Rasa arah, sakit, rasa bersalah, cemburu, dan lainnya bercampur di dalam dirinya. “…Kalau itu, aku marah.”
Karena itu, Itohcchi, berbahagialah dengan Usotsuki-san(kau pacaran dengannya. kan?) Matanya melebar, “tunggu, apa!? TIDAK!” ia memukul lantai di sebelahnya dengan keras, “siapa bilang sih!? Dusta!”
Semoga
ingatanmu tentangku terkunci dan terbuang jauh-jauh. Jadi ingatanmu
tentangku tidak mengganggumu. Aku yakin.. Usotsuki-san.. bukan orang
yang cuek, garing, ingkar janji sepertiku. “Tunggu, tidak, kau
salah. Mairu itu hanya seorang teman! Dia bukan apa-apa selain teman
dekatku! Aku cinta mati denganmu, kau dengar!?”
Dan yang terakhir… Hayacchi.
Ia tidak berani membaca kalimat selanjutnya setelah membaca kata
‘terakhir’. Ia tidak mau Kyoko meninggalkannya. Dengan segan-segan,
matanya melirik ke kalimat terakhir tersebut, …Aishiteru.
Sudah.
Ia kalah. Ia kalah total. Sebuah senyum pahit, senyum marah, senyum
sakit hati, senyuman rasa bersalah, senyuman cemburu, senyuman merasa
dikhianati muncul di sepanjang bibirnya. "…Aishiteru mo, Kyoko. Zutto ni…"
No comments:
Post a Comment